Sabtu, 21 September 2013

Sejarah Penemuan DNA: Miescher, Griffith dan Avery



Ada yang udah kenal belum sama DNA? DNA alias deoxyribonucleic acid ini pasti sudah sering kita lihat di cover buku-buku genetika. Itu tuuh.. yang bentuknya seperti dua helai pita bergelombang atau tangga yang memutar, inget lagi kan? :D
Tau sendiri kan DNA itu keciiiiiil sekali, tapi peranannya sangat besar. Kalau gak ada DNA, gak tau deh wajah kita mirip siapa. Bisa aja wajah ibu dan bapak kita gak terprogram ke dalam sel-sel kita waktu masih di dalam rahim. Terus pas udah lahir, baru deh ketahuan kalau wajah kita mirip monyet peliharaan tetangga sebelah. Jderrrr..!!!

DNA-lah yang membawa semua materi genetik alias yang menentukan karakter dari tiap sel pada suatu organisme. DNA tiap makhluk hidup berbeda, karena itulah satu manusia tidak sama dengan manusia lain. Allah Maha Pencipta.

Gimana dong caranya menemukan DNA yang begitu kecil tetapi kompleks itu? Tenang, semua ada tahapan-tahapannya. Beginilah asal mula ditemukannya DNA..

Friedrich Miescher menemukan suatu zat yang ia disebut "nuclein" pada tahun 1869. Kemudian dia mengisolasi zat yang kini dikenal sebagai DNA dari sperma salmon, dan pada tahun 1889 muridnya, Richard Altmann, menamakan zat itu "asam nukleat". Zat ini hanya ditemukan dalam kromosom.
Friedrich Miescher
 
Suatu kebetulan membawa berkah bagi Frederick Griffith pada tahun 1928. Griffith bekerja dengan dua varietas bakteri pneumonia Streptococcus pneumoniae
Satu diantara dua bakteri tersebut adalah bakteri tipe III-S yang tergolong bakteri virulen. Tipe III-S ini memiliki kapsul pelindung yang terbuat dari polisakarida sehingga tahan terhadap sistem kekebalan inangnya. Ketika bakteri virulen ini disuntikkan pada tikus, tikus itu mati.

Bakteri kedua yang Griffith suntikkan pada tikus adalah bakteri tipe II-R yang tidak berbahaya karena tidak memiliki kapsul pelindung seperti bakteri tipe III-S. Hal ini pun menyebabkan tikus tetap hidup. Lalu Griffith menyuntikkan bakteri tipe III-S yang telah dipanaskan. Bakteri yang telah rusak ini tidak menyebabkan kematian pada tikus. 
 Garis besar percobaan Fred Griffith

Selanjutnya Griffith mencampurkan sisa bakteri tipe III-S yang telah dipanaskan tadi dengan bakteri tipe II-R. Meskipun telah dibuktikan bahwa kedua bakteri tersebut secara terpisah tidak menimbulkan efek apapun pada tikus, tetapi gabungan keduanya dapat menyebabkan tikus inangnya mati. Bukan hanya itu, bakteri virulen III-S ditemukan hidup dalam darah tikus mati tersebut. Griffith menyimpulkan bahwa bakteri dapat memindahkan informasi genetik melalui proses\transformasi.

Saat ini sudah diketahui bahwa penyebab transformasi tersebut adalah DNA bakteri tipe III-S. Meskipun bakteri itu telah mati karena suhu tinggi, DNA-nya bertahan dari proses pemanasan dan mampu menyusup ke dalam bakteri II-R hidup. DNA dari tipe III-S mengandung gen yang membentuk kapsul perlindungan. Dilengkapi dengan gen ini, bakteri tipe II-R menjadi terlindung dari sistem kekebalan inang yang dapat membunuhnya.

Selama lebih dari satu dekade, belum ada yang berani mengumumkan apa penyebab transformasi itu. Hingga pada tahun 1944, Oswald Avery menemukan zat yang dianggapnya sebagai penyebab transformasi pada bakteri setelah mengambil ekstrak bakteri   tipe III-S, memasukkannya ke dalam sentrifuga dan mensuspensikannnya berulang kali sampai diperoleh DNA dalam jumlah yang sangat sedikit.
 Oswald Avery
 

Penjelasan tadi menunjukkan bahwa DNA menyimpan materi genetika yang menentukan karakteristik suatu individu. Percobaan Griffith juga memberikan pengetahuan bahwa DNA dari dua organisme yang berbeda dapat digabungkan sehingga terbentuk DNA rekombinan yang memberikan karakter baru pada organisme penerima DNA rekombinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar